Selasa, 27 Mei 2014

Tokoh-Tokoh Belajar dan Pembelajaran Beserta Eksperimen yang Berhubungan dengan Pembelajaran




1.    Edward Lee Thorndike
Objek eksperimen Thorndike, yaitu seekor kucing. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain merupakan hubungan antara stimulus (perangsangan) merupakan respon (jawaban, tanggapan, reaksi). Belajar adalah pembentukan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
Seekor kucing yang dilaparkan dimasukkan dalam suatu kotak percobaan (problem box) yang merupakan suatu labyrinth, banyak jalan yang berliku, menyesatkan, dan hanya satu jalan yang benar menuju tujuan. Di ujung problem box, dimasukkan makanan, kucing yang kelaparan itu membaui makanan, maka dia akan berusaha mencapai makanan itu dengan berbagai jalan, seringkali tersesat, kembali berputar ketempat semula, atau menemui jalan buntu. Namun, sekali kucing tersebut menemukan jalan ke arah makanan, pada percobaan berikutnya dia akan melalui jalan yang langsung menuju makanan.

2.    Ivan Pavlov
Teori pengkodisian klasik merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Belajar merupakan suatu apaya untuk mengkodisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu.
Objek eksperimen Pavlov, yaitu seekor anjing. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov tentang keluarnya air liur anjing. Air liur akan keluar, apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Terlebih dulu Pavlov membunyikan bel sebelum anjing diberi makanan. Pada percobaan berikutnya begitu mendengar bel, otomatis air liur anjing akan keluar, walau belum melihat makanan, artinya perilaku individu dapat dikondisikan.

3.   Wolfgang Kohler
Semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran. insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.




Objek eksperimen Kohler ialah seekor simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Diluar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan. Pada awalnya simpanse berusaha mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse melihat sebatang tongkat dan timbulah pengrtian untuk meraih pisang dengan menggunakan tongkat tersebut. Begitu juga ketika ada dua tongkat, karena tidak dapat dirahnya pisang tersebut dengan tongkat satu. Tiba-tina muncul insight dalam diri simpanse dan menyambung dan akhirnya berhasil.

4.  Edwin Guthrie
Guthrie juga mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang.
Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku.

5.  Jean-Jacques Rousseau
Menyatakan bahwa anak-anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam. Melalui belajar, anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut.
Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya sendiri. Anak-anak akan berkembang secara alamiah. Guru tidak perlu banyak turut campur mengatur anak, biarkan dia belajar sendiri, yang penting perlu diciptakan situasi belajar yang rileks, menarik, dan bersifat alamiah. Guru diharapkan lebih mementingkan perkembangan kematangan daripada menyibukkan diri dengan menanamkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar